Jumat, 16 Maret 2018

Nasab dan Keluarga Abu Bakar Ash-Shidiq RA

Nasab Abu Bakar Ash-Shidiq

Nama Abu Bakar ash-Shidiq (pada masa jahiliyyah digelari Atiq) nama sebenarnya adalah Abdullah bin Utsman (Abu Quhafa) bin Amir bin Amr bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim bin Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai bin Ghalib bin Fihr al-Qurasy at-Taimi.
Bertemu nasabnya dengan Nabi Muhammad pada kakeknya, yaitu Murrah bin Ka'ab bin Lu'ai.

Sedangkan Ibunya adalah Ummu al-Khair, Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka'ab bin Sa'ad bin Taim.
Ayah dan ibunya berasal dari kabilah bani Taim.
  
" Istri dan Anak Abu Bakar "
  1. Abu Bakar pernah menikah dengan Qutailah binti Abd al-Uzza bin Abd bin As'ad pada masa jahiliyyah, dari pernikahan tersebut lahirlah Abdullah dan Asma'.
  2. Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Zuhal bin Dahman bin Kinanah, dari pernikahan ini lahirlah Abdurrahman dan Aisyah.
  3. Asma' binti Umais bin Ma'ad bin Taim al-Khatsamiyyah (sebelumnya, Asma' diperistri oleh Ja'far bin Abi Thalib). Dari pernikahan ini lahir Muhammad bin Abu Bakar (lahir pada waktu haji wada' di Dzul Hulaifah).
  4. Menikahi Habibah binti Kharijah bin Zaid bin Abi Zuhair dari Bani al-Haris bin al-Khazraj, saat singgah di rumah Kharijah ketika datang ke Madinah dan mempersunting anaknya, dan beliau masih terus bermukim dengannya di suatu tempat yang disebut dengan as-Sunuh hingga Rasulullah wafat dan kemudian beliau diangkat menjadi khalifah.
    Dari pernikahan ini lahirlah Ummu Kultsum, setelah Rasul wafat.
Sumber : Perjalanan Hidup Empat Khalifah Rasul yang Agung (Al-Hafidz Ibnu Katsir) hal. 5-7

Jumat, 02 Maret 2018

Silsilah Keluarga Rasulullah

Nasab dan Keluarga Besar Nabi Muhammad

Al-Usrah an-Nabawiyyah (Keluarga besar nabi) lebih dikenal dengan sebutan al-Usrah al-Hasyimiyyah (dinisbatkankepada kakek beliau, Hasyim bin Abdu Manaf).

Adapun nasab Nabi Muhammad SAW terbagi dalam 3 klasifikasi:

    1. Klasifikasi pertama
      Yang disepakati oleh ahlus siyar wal anshab (para sejarawan dan ahli nasab).
      Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muththalib (nama aslinya, Syaibah) bin Hasyim (Amr) bin Abdu Manaf (al-Mughirah) bin Qushay (Zaid) bin Kilab bin Murrah bin Ka'ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr (dijuluki sebagai Quraisy yang kemudian dinisbatkan sebagai nama suku) bin Malik bin an-Nadhar (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan.

    2. Klasifikasi kedua
      Yang masih diperselisihkan antara yang mengambil sikap diam dan tidak berkomentar dengan yang berpendapat dengannya.
      Adnan bin Add bin Humaisi' bin Salaman bin Awsh bin Buz bin Qimwal bin Ubay bin Awwam bin Nasyid bin Haza bin Baldas bin Yadhaf bin Thabikh bin Jahim bin Nahisy bin Makhiy bin Idh bin Abqar bin Ubaid bin ad-Di'a bin Hamdan bin Sunbur bin Yatsribi bin Yahzan bin Yalhan bin Ar'awi bin Idh bin Disyan bin Aishar bin Afnad bin Ayham bin Muqashshir bin Ahits bin Zarih bin Sumay bin Mizzi bin Udhah bin Uram bin Qaidar bin Ismail AS bin Ibrahim AS.

    3. Klasifikasi ketiga
      Yang tidak diragukan lagi bahwa di dalamnya terdapat riwayat yang tidak shahih.
      Ibrahim bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru (Sarugh) bin Ra'u bin Falikh bin Abir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh AS bin Lamik bin Mutawasylikh bin Akhnukh (ada yang mengatakan bahwa beliau adalah nabi Idris AS) bin Yarid bin Mihla'il bin Qaynan bin Anusyah bin Syits bin Adam AS.
     Sedangkan dari garis ibunda yang bernama Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab.

    Senin, 14 Desember 2015

    Karena Kemalasan Berbuah Penyesalan

    Manusia mana yang tak pernah merasa malas?
    Manusia mana yang tak tahu bahwa malas itu tak merugikan?

    Semua manusia faham, malas berbuah negatif apapun bentuk hasilnya.
    Hanya saja menginjak semester7 ini rasa malas ini memuncak sampai titik yang tak sanggup lagi kuhalau dan kutahan.
    Padahal aku pun sadar akan janji Allah dalam Surat Ar-Ra'd : 11.
    Cuplikannya bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sebelum kaum itu berusaha untuk mengubahnya sendiri.
    Bahwa niatan awal aku kuliah adalah sebagai bentuk usaha memperbaiki nasib untuk masa depan, memantaskan diri sebagai insan yang siap menjadi insan yg bisa lebih bermanfaat bagi sesama "Khoirun Nas Anfauhun Linnas".
    Selain sebagai proses Tholabul ilmi yg diwajibkan olehMu atas kami.

    Nikmat waktu, sehat dan rizqi justru membuatku lalai.
    Lupa dengan tujuan awal yang mulia dan tulus.
    Dulu, badaipun kuhadapi.
    Hujanpun kuhadang.
    Banjirpun kuseberangi.

    Tapi kini beginilah aku jadinya, bahkan memalukan untuk dijadikan oleh2 dari cerita masakini untuk masa esok.

    "Susahnya Bersyukur dalam Istiqomah"

    Setidaknya semangat mencari ilmu bagiku adalah sebagian kecil dari wujud syukur atas semua yang Allah limpahkan kepadaku.
    Akhirnya malam ini, bersama dengan menulis teks yang sedikit semrawud bersamanya terdapat semangat baru untuk khittoh, kembali menengok dan menggunakan semangat lama sebagai tameng pergerakan perjalanan Cileungsi - Bekasi.
    Setidaknya berutinitas untuk menyambung silaturahmi sama sahabat seperjuangan.
    Karena malas yang sedari awal sekian waktu lalu sudah saya rasakan sesalnya kini, ketinggalan tugas, juga bekal materi UAS.
    Walau terbesit cita-citaku bukan terfokus pada status akademik, melainkan skill nyata di bidang yang sedang digeluti pada mata kuliahnya, menjadi enterpreneur sejati adalah tujuanku, bukan menjadi seperti apa yg kebanyakan teman2 di kampus dibayangkan, mungin sebagian besar mahasiswa juga sama dengan teman2 lain di kelas ini, yaitu menjadi orang kantoran dengan jabatan yang bergengsi.
    Hahaaa, tapi pastinya itu bukan aku.
     
    Berusaha merangkai lagi kisah cerita di bangku kuliah, minimal 5 tahun kedepan masih ada rangkaian cerita masa lalu yang harusnya akan indah diceritakan esok hari.
    Mungkin esok kita pasti sudah beda cerita beda lingkungan beda sikap dan sifat mungkin.

    yang katanya "Sahabat Seperjuangan" di kelas

    Intinya lanjutkan semangat ngampus..!!!
    Tuntaskan KKP dan selesaikan Skripsi sebaik dan secepat kumampu.

    Kemudian, nikmati hari esok tanpa penyesalan karena kemalasan hari ini.








    "Semangat Istiqomah dalam Syukur"